Rabu

PENENTUAN MUSIM TANAM AMAN (STUDI KASUS: KABUPATEN JOMBANG) DAN PENENTUAN SERTA PENGUJIAN DERET HARI KERING (STUDI KASUS: CIANJUR)


Pendahuluan
Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Keberhasilan dan kegagalan sektor ini sangat berdampak pada masalah-masalah sosial dan ekonomi bangsa ini. Sektor pertanian sangat bergantung pada musim dan iklim. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik iklim dan musim di setiap daeah yang cenderung berbeda satu sama lain.
Indonesia yang memiliki dua musim sepanjang tahun yakni musim hujan dan musim kemarau hampir bisa dipastikan selalu mengalami kekeringan saat memasuki musim kemarau tetapi saat musim hujan bukan berarti tidak mengalami kekeringan hal tersebut bisa saja terjadi apabila terdapat deret hari kering yang panjang. Dampak terbesar akibat dari kekeringan terjadi pada sektor pertanian, yang merupakan pendukung utama penyediaan pangan penduduk indonesia.
Untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat iklim, diperlukan pula bentuk informasi iklim berupa kalender tanam. Kalender tanaman merupakan sistem penanggalan yang menunjukkan tingkat kepentingan hubungan antara kondisi lingkungan dengan fase pertumbuhan tanaman. Jadi kalender tanaman akan memperlihatkan kondisi lingkungan yang bagaimana yang tidak diinginkan atau diinginkan tanaman dan pada fase pertumbuhan tanaman yang mana tanaman menjadi sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan tersebut. Salah satu kalender tanaman yang sering digunakan oleh para pakar klimatologi pertanian ialah kalender cuaca tanaman. Faktor lingkungan yang menjadi perhatian ialah cuaca. Sebagai contoh misalnya kalender cuaca tanaman padi. Faktor cuaca yang diperhatikan hanya air/hujan (Boer 2002).

Bahan dan metode

Pembuatan kalendar tanaan Kabupaten Jombang dilakukan menggunakan data curah hujan bulanan pada berbagai stasiun pengamatan di Kabupaten Jombang. Berdasarkan data curah hujan tersebut dilakukan pengelompokan wilayah. Pengelompokan tipe wilayah ini dilakukan dengan menggunakan PCA (Principal Component Analysis) dengan menggunakan perangkat lunak minitab. Hasil pengelompokan PCA tersebut digunakan untuk mengelompokkan daerah-daerah dengan pola curah hujan yang hampir sama. Kemudian menentukan curah hujan rata-rata pada masing-masing tipe. Selanjutnya menentukan peluang curah hujan dapat terjadi pada bulan tersebut dengan menggunakan persamaan y = 1/(1+EXP(-0.2688+0.00745*X) di mana X merupakan CH rata-rata pada satu bulan. Lalu menentukan kalender tanam dengan ketentuan jika P(y > 0.2) maka bernilai 1 dan P(y < 0.2) maka bernilai 0. Angka 1 menunjukkan waku rawan
Untuk menentukan nilai DHK menggunakan data Curah Hujan Harian satu tahun, stasiun Pacet Cianjur pada tahun 2002 yang diolah menggunakan software Ms. Excel. Pertama, menentukan deret hari kering hari pertama, apabila nilai CH <0,5 maka DHK bernilai 1 dan apabila nilai CH >0,5 maka DHK bernilai 0. Menentukan deret hari kering hari ke-2 sampai ke-365, apabila CH<0,5 maka DHK bernilai 1 ditambah DHK hari sebelumnya dan apabila CH<0,5 maka DHK bernilai 1 ditambah DHK hari sebelumnya. Selanjutnya, menentukan DHK maksimal hari pertama, DHK max hari pertama = deret hari kering hari pertama. Menentukan deret hari kering max hari ke-2 sampai ke-365, apabila DHK hari ini lebih besar dari DHK hari selanjutnya maka DHK max bernilai DHK hari ini dan apabila DHK hari ini lebih kecil dari DHK hari selanjutnya maka DHK max bernilai 0. Ketiga, menjumlahkan nilai DHK max dan nilai CH setiap bulannya, kemudian cari nilai CH bulanan (rata-rata CH setiap bulannya). Kelima, mengurutkan nilai DHK max dari yang telah dijumlah setiap bulannya dari yang terbesar hingga terkecil, beri nomor urut pada nilai DHK tersebut, kemudian hitung peluang nilai DHK tersebut dengan persamaan p(x) = m / (n +1). Keenam, menentukan p(x≥10) sebagai DHK observasi. Kemudian, menentukan nilai DHK dugaan dengan persamaan, DHK dugaan =1/(1+exp(-0.2688+ (0.00745* rata-rata CH bulanan))).

Hasil dan Pembahasan

Penentuan Musim Aman Tanam di Kabupaten Jombang
Jombang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang terletak pada 5.20° - 5.30° Bujur Timur dan 7.20'-7.45' lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur. Curah hujan Jombangberkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya (www.jombangkab.go.id). Berdasarkan klasifikasi Smidt dan Ferguson, Jombang bertipe iklim D. Pada tipe ini umumnya musim penghujan jatuh pada bulan Oktober sampai April dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.
Data curah hujan Kabupaten Jombang diperoleh dari 50 titik pengamatan. Berdasarkan data tersebut digolongkan menjadi 6 kelompok (cluster) berdasarkan PCA (Principal Component Analysis), yakni tipe A, B, C, D, E, dan F. Masing-masing cluster memiliki karakteristik hujan yang hampir sama. Daerah-daerah yag telah dikelompokkan berdasarkan tipe curah hujan tersebut disajikan pada Lampiran 1.






Gambar 1 Lokasi dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jombang






Gambar 2 Curah hujan rata-rata bulanan (milimeter) pada masing-masing tipe iklim di Kabupaten Jombang

Berdasarkan pengelompokan tipe hujan didapatkan pola hujan yang berbeda-beda setiap tipe. Pola hujan daerah tipe C memiliki dua puncak yakni Bulan Februari dan April. Daerah yang bertipe C hanya satu, yakni Ngrangkah P. Curah hujan di daerah tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah-daerah lain. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik wilayah Ngrangkah yang berbeda. Secara umum tipe hujan di Jombang memiliki tipe moonson, yakni hujan dengan satu puncak dan satu lembah yang menggambarkan besarnya curah hujan besar di Bulan Desember- Januari. Tipe iklim ini sesuai dengan tipe iklim daerah Jawa Timur secara umum yakni monsunal dengan curah hujan yang relatif rendah (Boer 2003).
Musim hujan sangat menentukan pola tanam Kabupaten Jombang. Oleh sebab itu diperlukan langkah preventif untuk menentukan menentukan musim tanam yang sesuai agar kegagalan pertanian akibat iklim dapat diminimalisasi. Berdasarkan data curah hujan bulanan yang diambil selama kisaran 16-29 tahun didapatkan waktu musim tanam sepert pada Tabel 1.

Tabel 1 Kalender tanam aman Kabupaten Jombang


Keterangan :
Angka 1 : waktu rawan kekeringan, tidak baik untuk menanam
Angka 0 : waktu aman kekeringan, tidak baik untuk menanam

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran musim tanam yang baik dilakukan pada setiap tipe. Daerah C cenderung memiliki hujan yang lebih sehingga memiliki waktu tanam yang aman lebih panjang. Berbeda halnya dengan daerah bertipe-D yang memiliki curah hujan yang sedikit sehingga waktu aman tanamnya haya pada Bulan Januari. Oleh karena tingkat keamanan dan kerawanan tersebut berdasarkan data curah hujan, maka waktu rawan kekeringan riskan terhadap terjadinya kekeringan. Oleh sebab itu diperlukan adanya teknik-teknik untuk mengantisipasinya, misalnya dengan menanam varietas yang tahan kering atau tanaman yang tahan kering pada kondisi bulan-bulan yang dinyatakan rawan pada suatu daerah. Sedangkan produksi padi dapat dimaksimalkan di daerah-daerah dengan curah hujan relatif tinnggi

Penentuan dan Pengujian Deret Hari Kering Cianjur
Apabila musim hujan sudah masuk, ancaman kekeringan bukan berarti tidak ada karena bisa saja pada musim hujan tersebut terjadi deret hari kering yang panjang. Peluang terjadinya panjang deret hari kering pada suatu bulan tertentu dapat diduga dengan cepat dengan menggunakan informasi data tinggi hujan bulanan. Analisis deret hari kering terhadap data curah hujan harian satu tahun, stasiun Pusakanegara Subang pada tahun 2002 menunjukkan bahwa Deret Hari Kering terpanjang pada bulan Oktober.
Panjang musim kemarau beragam antara 50 dan 350 hari. Daerah Indonesia bagian timur memiliki musim kemarau yang lebih panjang. Daerah yang memiliki musim kemarau terpanjang ialah Lombok Timur (antara 300 dan 350 hari), yang kedua terpanjang ialah Lombok Utara (260 hari) dan ketiga terpanjang Sumba bagian Timur dan Flores, sebagian wilayah Jawa Timur (Pasuruan dan Probolingo) dan sebagian wilayah Jawa Barat, yaitu Subang dan Indramayu (250 hari) (Boer 2002a).
Deret hari kering di Cianjur pda tahun 2002 paling lama terjadi padda bulan Agustus dan Juni. Kedua bulan tersebut merupakan bulan dengan curah hujan bulanan yang relatif rendah. Hal ini dapat dibaca pada Tabel 2.

Tabel 2 Deret Hari Kering (DHK) di Kabupaten Jombang tahun 2002



Peluang deret hari kering berdasarkan data curah hujan harian tahun 2002 disajikan pada Tabel 3. Peluang mengalami DHK ≥10 adalah 23.08%. Artinya dalam 100 kejadian hari kering, dimungkinkan terjadi hari kering ≥10 hari selama 23 kali kejadian. Sedangkan berdasarkan dugaan, peluang DHK ≥10 hari lebih kecil, yakni 14.59 %. Artinya, berdasarkan prediksi DHK ≥ 10 hari memiliki kemungkinan terjadi 15 kali dalam 100 kali kejadian. Peluang ini lebih kecil dari hasil observasi. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adnya pengaruh kondisi iklim tertentu di Cianjur yang megakibatkan peluang DHK≥10 di Cianjur lebih besar dari dugaan.

Tabel 3 Peluang DHK observasi


Deret hari kering (DHK) memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas pertanian. Menurut penelitian Boer at al (1996), keragaman produksi sangat ditentukan oleh panjang deret hari kering maksimum pada fase vegetatif awal (x1), frekuensi kejadian deret hari kering ≥15 hari pada fase vegetatif cepat (x2) dan frekuensi kejadian deret hari kering ≥10 hari pada fase pemasakan/panen (x3). Dengan demikian penentuan peluang DHK sangat diperlukan untuk menentukan masa tanam yang baik. Apabila suatu bulan memiliki peluang DHK ≥ 10 yang tinggi maka dapat diupayakan berbagai cara untuk meminimalisasi kegagalan, misalnya dengan mengganti tanaman yang tahan kering atau varietas yang tahan kering. Peluang DHK ≥ 10 yang lebih dari 0.2 dinyatakan rawan untuk pertanian seperti padi (Boer at al 1996). Oleh sebab itu, jika didapati peluang lebih dari 0.2 dilakukan antisipasi terhadap risiko yang akan terjadi.

Kesimpulan
Pengelompokan wilayah berdasarkan curah hujan di Jombang menggunakan analisis PCA menmbagi Kabupaten Jombang menjadi 6 tipe yang berbeda namun umumnya memiliki karakteristik yang hampir sama. Perbedaan antar tipe dapat digunakan untuk menganalisis potensi wilayah untuk penanaman menggunakan kalender tanam yang disusun berdasarkan data hujan bulanan. Sementara itu di Cianjur pada tahun 2002 didapati peluang deret hari kering ≥ 10 lebih 0.2308. Angka ini berbeda dengan peluang hasil observasi yang menunjukkan peluang sebesar 14.59%.

Saran
Untuk menganalisis deret hari kering dalam menentukan kalender tanam di suatu wilayah diperlukan data yang lengkap di suatu wilayah. Oleh sebab itu diharapkan dapat dilakukan pemenuhan data di seluruh wilayah di Indonesia sehingga memudahkan penyusunan kalender tanam guna meminimalisasi kegagalam di sektor pertanian akibat kondisi iklim yang tidak menentu pada kondisi variabilitas iklim.

Daftar pustaka
Boer, R. 2002. Analisis Risiko Iklim Untuk Produksi Pertanian. Materi pelatihan Dosen PT Se Sumatera-Kalimantan, 1-13 Juni 2002. Bogor.
Boer, R. 2002a. Analisis Data Iklim untuk Pengelolaan Tanaman. Materi Pelatihan Pengamat-OPT, 26 Juni 2002. Direktorat Perlindungan Tanaman. Pasar Minggu Jakarta
Boer R. 2003. Penyimpangan Iklim di Indonesia. Materi Seminar Nasional Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada, 24 Mei 2003.
Pemkab Jombang. Tanpa Tahun. Keadaan Iklim dan Cuaca Kabupaten Jombang. Terhubung berkala. http://www.jombangkab.go.id/e-gov/selayang/selayang.asp?menu=iklim (23 November 2011)


Lampiran 1
/tabel5.jpg">

Sabtu

RESENSI METAMORFOSIS SANG NABI



Judul Buku : Metamorfosis Sang Nabi dari Buta Huruf Menjadi Ilmuwan Jenius
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : Padang Makhsyar (PADMA) Press
Tahun Tebit : 2008
Tebal Buku : 256 halaman

Beberapa kisah menceritakan bahwa nabi Muhammad saw adalah sosok nabi yang ummi alias buta huruf atau tidak bisa membaca. Namun kali ini seorang ilmuwan muslim, Agus Mustofa, berdasarkan diskusi tasawuf modern mengungkapkan bahwa Nabi kita rupanya adalah ilmuwan yang jenius. Buku ini adalah buku ke-18 beliau diantara buku-buku beliau.

Buku ini disajikan dalam lima bab pembahasan, antara lain: Benarkah Muhammad Buta Huruf, Kenapa Mesti Buta Huruf, Mengaji Kepada Jibril, Memperoleh Hikmah Alquran, dan Sang Buta Huruf Jadi Ilmuwan Jenius. Selama ini masyarakat Islam pada umumnya mengatakan bahwa Nabinya buta huruf. Tetapi apakah mungkin Nabi buta huruf malah memerintahkan umatnya membaca dan menulis?? Sementara dirinya sendiri tidak bisa. Apakah mungkin orang yang buta huruf bisa mengatur pemerintahan dengan baik?? Padahal jelas-jelas beliau juga seorang pemimpin yang hebat.

Ternyata, jika ditelusuri sejarahnya dengan landasan Alquran dan alhadits, Muhammad saw adalah sosok Nabi yang jenius. Meskipun saat wahyu pertama diturunkan, beliau masih belum bisa membaca (ummi). Namun ketika itu Allah memerintah beliau untuk membaca (iqro’). Akhirnya dengan bantuan Jibril beliau pun bisa membaca. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada beliau secara berangsur-angsur yang berisikan ilmu-ilmu yang modern layaknya yang dipahami masyarakat modern masa kini. Bahkan dalam sebuah hadits ‘Aisyah r.a mengatakan bahwa akhlaq Rosul adalah Alquran. Semua yang dijelaskan di dalam Alquran sudah dilaksanakan Rosul. Berbagai ilmu modern seperti pemerintahan, administrasi, hukum, sosial, kedokteran, dan ilmu-ilmu yang lain tentunya sudah dipahami dan dilaksanakan Rosul. Sebagaimana berbagai hadits dan sejarah yang mengisahkan kehidupan beliau. Hal itu hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang bisa membaca dan menulis serta jenius. Gambaran-gambaran lengkap tentang kejeniusan Rosulullah disertai keindahan akhlaknya dijelaskan dalam buku ini.

Seperti buku-buku sebelum dan sesudahnya, penulis selalu merangkai kata dengan bahasa jurnalis yang sederhana. Seringkali bahasanya terksan tidak baku. Namun hal itu ternyata dapat memudahkan pembaca menerima informasi dari buku ini. Bahasanya mengalir indah tanpa menggunakan istilah yang susah untuk dipahami. Pemikiran yang dituangkan memang terkesan berat jika hanya berhenti membaca judulnya saja. Akan tetapi jika diteruskan membaca isinya, buku ini tidak tergolong buku yang berat untuk dipahami. Meskipun judulnya tampak kontroversi dengan pemahaman masyarakat umum, buku ini insya Allah tidak akan menyesatkan aqidah dan keimanan kita. Sebab perlu disadari, sebagai seorang muslim wajib bagi kita mengetahui sesuatu dari sumbernya (Alquran) tanpa terdoktrin kata-kata nenek moyang ataupun masyarakat umum.

Semoga dengan membacanya, kita akan semakin mengenal sosok manusia jenius kekasih Allah, Muhammad Rosulullah.. Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang?? Mana mungkin bisa mencontohnya... Wallahu a’lam..




Jumat

EVOLUSI SATELIT METEOROLOGI



Observasi meteorologi sebelum ditemukannya satelit dilakukan dengan menggunakan layang-layang serta balon. Layang-layang yang cukup terkenal adalah layang-layang Benjamin Franklin. Sampai akhirnya penggunaan layang-layang dalam pengukuran cuaca digantikan oleh pesawat.

Perkembangan pesawat terbang selama Perang Dunia I merangsang cara baru observasi udara di atmosfir. Tahun 1925, Bureau memulai eksperimen program observasi harian dari sensor yang dipasang pada sayap pesawat terbang.

Kemudian pada tahun 1929, Robbert Goddard meluncurkan satelit pada sebuah roket yang menyertakan barometer, termometer, dan kamera. Kemajuan teknologi satelit selama Perang Dunia II mengawali fotografi di puncak atmosfir. Pada saat itulah dimungkinkan sebagai awal mula penggunaan satelit dalam observasi meteorologi. (www.ssec.wisc.edu)

Menurut www.ssec.wisc.edu, Sputnik I adalah satelit meteorologi pertama yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957. Sputnik I menyajikan pemandangan angkasa pertama pada permukaan dan atmosfir planet kita. Satelit ini memiliki berat hanya 183 pon , sebesar bola basket dengan lama orbit hanya 98 menit. Sputnik 1 membantu mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi. Selain itu, satelit ini memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke bumi. (www.lapanrb.org)

Munculnya satelit tersebut kemudian memunculkan persaingan antara Rusia dengan Amerika. Akibatnya, Amerika pun mempercepat programnya yakni peluncuran satelit TIROS-1 (Television Infrared Observational Satelite). Satelit ini diluncurkan oleh pada 1 April 1960. Satelit ini hanya beroperasi selama 78 hari (earthobservatory.nasa.gov). Tahun 1965, TIROS ditambahkan lagi hingga total jumlahnya sepuluh buah.

Percobaan-percobaan TIROS mengantarkan meluncurkannya staelit ESSA-1 sampai ESSA-9 pada tahun 1996-1969 oleh perusahaan induk Environmental Science Services Administration. Bersamaan dengan itu, NASA NASA meluncurkan satelit NIMBUS, tepatnya pada 28 Aguatus 1964. Menurut Hass dan Saphiro (1982) dalam www.ssec.wisc.edu overview NIMBUS dapat digunakan dalam berbagai bidang, antara lain: meteorologi, oseanografi, hidrologi, geologi, geomorfologi, geografi, kartografi, dan pertanian. NIMBUS merupakan satelit cuaca pertama dengan tiga poros stabil. NIMBUS juga merupakan satelit matahari sinkhron pertama. Ini artinya satelit ini yang pertama mampu mengidentifikasi awan badai tropis. Enam NIMBUS lainnya diluncurkan dan dikembangkan hingga 1978.

Pada 16 September 1966, satelit DMSP (Defense Meteorological Satellite Program) diluncurkan. Satelit tersebut merupakan satelit berkualitas tinggi. Sementara itu, pada 7 December, 1966 muncul pula Applications Technology Satellite (ATS 1). Satelit tersebut mengorbit secara geostasioner yang menghasilkan gambar beresolusi temporal tinggi.

Keberhasilan NASA dalam program satelit ATS mendorongnya kembali mengembangkan satelit geostasioner lainnya yang. Sehingga pada Mei 1974 dan Februari 1975 diluncurkan kembali Synchronous Meteorological Satellite (SMS-1 dan SMS-2). SMS mengorbit di atas ekuator pada 75 BB dan 135 BB.Selanjutnya pada 16 Oktober 1975 diluncurkan pula GOES-1 (Geostationary Operational Environmental Satellite). Satelit ini juga terus dikembangkan dengan meningkatkan kualitasnya hingga GOES-8. Satelit tersebut selain menghasilkan gambar berkualitas tinggi juga mampu merekan suara.

Kemudian satelit pertama yang didedikasikan untuk reset iklim adalah Earth Radiation Budget Satellite (ERBS). Sateli tersebut diluncurkan pada 5 October 1984 dari Space Shuttle Challenger.

Pustaka:
http://apollo.lsc.vsc.edu/classes/remote/lecture_notes/satellite/history/dmsp.html
earthobservatory.nasa.gov
www.lapanrb.org
www.ssec.wisc.edu

Kamis

TEMU JIMMPTN


Bogor,,JIMMPTN merupakan singkatan dari Jaringan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Perguruan Tinggi Negeri. Nama tersebut sudah menggambarkan bahwa yang ada di dalamnya adalah komisariat-komisariat IMM yang ada di Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Forum ini dibentuk salah satunya dikarenakan adanya kesamaan nasib komisariat-komisariat IMM di PTN. Maka forum ini diharapkan mampu memberikan solusi dari permasalahan -permasalahan yang muncul di komisariat PTN. Namun perlu digaris bawahi bahwa forum ini tidak dimaksudjan untuk membuat tandingan IMM PT Muhammadiyah.

Menurut beberapa sumber sejarah mengatakan bahwa awal mula forum ini ada sejak muktamar di Ambon, dimana komisariat-komisariat IMM dari PTN atau kader-kader IMM dari PTN bertemu dan berdiskusi. Dari situlah muncul perasaan senasib sepenanggungan di antara IMM - IMM PTN. Selanjutnya muktamar IMM di Lampung pertemuan yang diisi diskusi dan sharing terlaksana lagi hingga memutuskan adanya jaringan yang merangkul IMM-IMM di PTN. Demikian juga pada muktamar Lembang.

Pertemuan regional IMM PTN se-Jawa juga telah dilaksanakan di Malang pada tanggal 29-31 Januari 2010 bersama PTAIN dan PTS non sehingga bernama IMM non PTM. Sebelumnya pertemuan juga sudah dilaksanakan di Yogya. Pertemuan perumus JIMMPTN dilaksanakan kembali di Bogor pada tanggal 14-15 Februari 2011 untuk membicarakan pertemuan JIMMPTN nasional selanjutnya yang juga insya Allah akan dilaksanakan di Bogor. Pertemuan ini dihadiri oleh PK IMM Univ. Brawijaya, UGM, UNEJ, UNAIR,UNY, UPI, dan tentu saja IPB sebagai tuan rumah. Pertemuan ini dilaksanakan di Panti Asuhan Syaimah Baranangsiang Bogor.

Alhasil, pertemuan ini memutuskan untuk tetap akan mengadakan pertemuan nasional IMM PTN se-Indonesia di Bogor. Oleh sebab iru, IPB mau ditetapkan sebagai koordinator pusat. Sedangkan koordinator wilayah berdasarkan pembagian tiga wilayah besar disesuaikan dengan wilayah SNMPTN/SPMB antara lain:
- UNAIR: wilayah timur (Jatim, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, INA timur)
- UGM : wilayah Tengah ( DIY, Jateng, Kalimantan)
- IPB : wilayah barat (Jabar, Sumatera)

Sementara itu, acara Munas JIMMPTN Bogor ini, rencananya akan dilaksanakan pada bulan Mei (akhir)atau awal bulan Juni 2011. Harapannya pertemuan ini akan menjadi pertemuan besar yang dihadiri oleh seluruh komisariat IMM PTN se-Indonesia (40 komisariat yang terdata) serta membuahkan hasil yang besar dan tentunya bermanfaat demi keberlanjutan, kemajuan, serta kejayaan IMM umumnya, IMM PTN khususnya.

SDI


Sumber Daya yang Terlupakan

Nenek moyangku seorang pelaut... Gemar mengarungi luas samudera, dst. Lagu itu diajarkan oleh guru-guru kita saat kita masih di bangku TK. Syair itu menggambarkan bagaimana nenek moyang kita dahulu melaut. Mereka adalah orang-orang yang tangguh mencari kekayaan di samudera yang bisa saja menelan jiwa mereka. Tapi tak sedikit pun mereka takut karena mereka mempunyai prinsip “Siapa menaklukkan gelombang, dia yang akan menggenggam dunia.” Beberapa buku sejarah SD kita juga bercerita bahwa kerajaan pertama Indonesia, Sriwijaya, memiliki potensi luar biasa dengan memanfaatkan lautan sehingga disebut kerajaan maritim. Relief-relief di Candi Borobudur juga menggambarkan bagaimana manusia pada zaman itu memanfaatkan potensi laut.

Alquran juga banyak memberikan isyarat tentang potensi laut yang luar biasa. Disana juga dijelaskan bagaimana sejarah orang-orang pada zaman dahulu yang mencari kekayaan dengan memanfaatkan lautan. Sampai-samapai dalam QS Ala’raaf 163 Allah melarang Bani Israil yang tinggal di dekat pantai mencari ikan pada hari Sabtu karena mereka telah berlebihan. Karena mereka tidak patuh maka disebutkan bahwa mereka tidak akan menemukan ikan lagi setelahnya (overfishing).

Di sisi lain, Allah memberikan isyarat kepada manusia untuk memanfaatkan potensi luar biasa berupa lautan. Misalnya dalam QS Annahl:14. “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

Indonesia negeri yang kaya akan potensi lautan. Negara yang secara geografis diapit oleh dua Samudera penting di dunia, yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Memiliki kepulauan terbesar di bumi dengan jumlah pulau 18.108 dan garis pantai sepanjang 81 ribu kilometer (Djamil, 2010). Dua samudera itu menjadi arus lalu lintas penting bagi perdagangan negara-negara di dunia. Tak hanya itu, Indonesia juga dilalui oleh The great conveyor belt yang membawa arus dingin hasil upwelling yang kaya akan nutrisi dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia (Arus Lintas Indonesia = Arlindo) Belum lagi topografi laut Indonesia yang mendukung terjadinya up welling. Menurut Komisi Plasma Nutfah Indonesia, perairan umum daratan Indonesia mempunyai plasma nutfah luar biasa dengan jumlah jenis ikan 25% dari jenis ikan yang ada di dunia. Sumber daya hayati khususnya sumber daya ikan yang dimaksud di sini adalah seluruh organisme yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya di laut. Itu artinya tidak hanya ikan, tetapi juga rumput laut, cumi-cumi, mutiara, algae, dsb. Belum lagi yang non ikan, seperti tambang bawah laut. Namun faktanya PDB (Produk Domestik Bruto) kita hanya 2,75% yang disumbang oleh sektor perikanan. Itu artinya Indonesia masih belum berhasil memanfaatkan potensi laut secara optimum. Padahal menurut Poernomo (2010) potensi lestari maksimum (MSY) kita 6,4 juta ton per hari untuk seluruh jenis ikan.

Alquran juga menjelaskan tentang adanya dua laut yang mengalir lalu kemudian bertemu tetapi memiliki batas di antara keduanya yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing. Disana dapat dijumpai lu’lu’ dan marjan (QS. Arrahman 19-22). Bisa jadi yang Allah maksud dua laut itu adalah dua samudera yang mengapit Indonesia. Karena keduanya memilki karaketeristik yang berbeda satu sama lain, baik sensitas, salinitas, suhu, arus, dsb. Artinya Allah memberikan sebuah isyarat kepada bangsa Indonesia untuk memanfaatkan potensi itu. Perlu diketahui bahwa penduduk yang mayoritas muslim lebih dari 90% tinggal di kawasan pesisir. Namun ironisnya hanya 3% yang menjadi nelayan (Djamil, 2010). Potensi luar biasa dari laut rupanya kurang bisa terbaca oleh masyarakat Indonesia baik yang tersirat di laut maupun yang tersurat di Alquran.

Padahal banyak negara kecil yang makmur karena memanfaatkan potensi lautan. Bahkan sebagian besar negara maju karena memanfaatkan potensi lautan, seperti Jepang, Hongkong, Inggris, bahkan negara kecil tetangga kita, Singapura. Seharusnya kita, bangsa Indonesia yang mempunyai potensi besar, bahkan lebih dari mereka mampu bersyukur karena keufuran membawa dampak pahit bagi kita. Allah mengncam hambanya yang kufur dengan siksa yang pedih.

Sesungguhnya stake holder dalam hal ini, yakni pemerintah memiliki peranan penting. Kebijakan pembangunan yang memihak kepada pemanfaatan Sumber Daya Ikan di laut Indonesia secara optimum dan berkelanjutan sangat diperlukan. Sebab lautan bukanlah suatu kendala tetapi solusi kekayaan negeri kita. Laut kita perlu dijaga dengan pertahanan yang kuat sehingga tidak sampai terjadi lagi pencurian ikan oleh negara-negara yang sadar akan potensi laut Indonesia. Laut kita perlu dijaga dari keserakahan manusia yang bisa mengakibatkan over fishing dengan peraturan-peraturan dan kebikjakan yang memihak kepada kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia tak terkecuali kemakmuran para ikan itu sendiri dan generasi-generasi kita nantinya.

Tidak hanya pemerintah, tetapi kita harus memulainya dari diri kita sendiri baik secara individu maupun kelompok. Masyarakat pesisir perlu diperhatikan. Mereka umumnya tak mampu mempertahankan harga ikan karena terlilit oleh kebutuhan. Hal ini akibat keterbatasan teknologi, keterampilan menambah nilai jual ikan, dan ekonomi mereka sendiri. Mau tidak mau mereka menjual ikan yang telah mereka dapatkan susah payah dari melaut seharian dengan harga tak sebanding dengan keringat yang dicucurkan. Bagaimana tidak, kalu tidak mereka berikan, ikan akan mudah busuk dan tidak laku terjual.

Secara individu kita bisa membantu nelayan dengan memperbanyak makan ikan dan mengampanyekan makan ikan. Karena Indonesia yang kaya laut ini kenyataannya memiliki tingkat konsumsi ikan yang sangat rendah. Berdasarkan data Susnas tahun 2008 (Poernomo, 2010), di desa, konsumsi ikan hanya 20,23 kg/kapita/tahun. Sementara di kota tidak beda jauh, yakni 20,65 kg/kapita/tahun. Angka ini masih relatif kecil dibandingkan negara tetangga kita, seperti Singapura (85 kg/kapita/tahun) atau Malaysia (45 kg/kapita/tahun).

Secara berkelompok kita bisa membantu para nelayan dan masyarakat pesisir dalam mengeksplorasi potensi sumber daya alam yang tersedia di depan mata maupun sumber daya manusianya. Mengentas berbagai kemiskinan yang hingga kini masih diidap oleh masyararakat pesisir, baik kemiskinan secara materiil maupun moril ataupun spiritual. Sebagian besar dari mereka yang mayoritas muslim masih banyak yang mengidap penyakit bid’ah, khurofat, tahayul, hingga syirik. Contoh kecilnya mereka masih percaya Nyi Roro Kidul beserta upacara-upacara untuk menyembahnya. Melalui itu kita dapat membantu mereka kita memperoleh kekayaan moral dan spiritual dan kebahagiaan yang kekal. Sementara serara materi kita bisa membantu mengolah hasil tangkapan maupun perekonomian mereka. Kita dapat menerapkan koperasi atau perbankan yang bebas riba sehingga menunjang modal mereka dalam melaut maupun mengolah hasil tangkapan sehingga mereka bisa merasakan keuntungan dari penghasilan mereka, atau hal-hal lain yang membebaskan mereka dari keterpurukan secara ekonomi maupun sosial. Tetapi sekali lagi dukungan dari pemerintah juga sangat diperlukan. Wallahu a’lam bishshowab
Fastabiqulkhoirot.
 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez