Rabu

PENENTUAN MUSIM TANAM AMAN (STUDI KASUS: KABUPATEN JOMBANG) DAN PENENTUAN SERTA PENGUJIAN DERET HARI KERING (STUDI KASUS: CIANJUR)


Pendahuluan
Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Keberhasilan dan kegagalan sektor ini sangat berdampak pada masalah-masalah sosial dan ekonomi bangsa ini. Sektor pertanian sangat bergantung pada musim dan iklim. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik iklim dan musim di setiap daeah yang cenderung berbeda satu sama lain.
Indonesia yang memiliki dua musim sepanjang tahun yakni musim hujan dan musim kemarau hampir bisa dipastikan selalu mengalami kekeringan saat memasuki musim kemarau tetapi saat musim hujan bukan berarti tidak mengalami kekeringan hal tersebut bisa saja terjadi apabila terdapat deret hari kering yang panjang. Dampak terbesar akibat dari kekeringan terjadi pada sektor pertanian, yang merupakan pendukung utama penyediaan pangan penduduk indonesia.
Untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat iklim, diperlukan pula bentuk informasi iklim berupa kalender tanam. Kalender tanaman merupakan sistem penanggalan yang menunjukkan tingkat kepentingan hubungan antara kondisi lingkungan dengan fase pertumbuhan tanaman. Jadi kalender tanaman akan memperlihatkan kondisi lingkungan yang bagaimana yang tidak diinginkan atau diinginkan tanaman dan pada fase pertumbuhan tanaman yang mana tanaman menjadi sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan tersebut. Salah satu kalender tanaman yang sering digunakan oleh para pakar klimatologi pertanian ialah kalender cuaca tanaman. Faktor lingkungan yang menjadi perhatian ialah cuaca. Sebagai contoh misalnya kalender cuaca tanaman padi. Faktor cuaca yang diperhatikan hanya air/hujan (Boer 2002).

Bahan dan metode

Pembuatan kalendar tanaan Kabupaten Jombang dilakukan menggunakan data curah hujan bulanan pada berbagai stasiun pengamatan di Kabupaten Jombang. Berdasarkan data curah hujan tersebut dilakukan pengelompokan wilayah. Pengelompokan tipe wilayah ini dilakukan dengan menggunakan PCA (Principal Component Analysis) dengan menggunakan perangkat lunak minitab. Hasil pengelompokan PCA tersebut digunakan untuk mengelompokkan daerah-daerah dengan pola curah hujan yang hampir sama. Kemudian menentukan curah hujan rata-rata pada masing-masing tipe. Selanjutnya menentukan peluang curah hujan dapat terjadi pada bulan tersebut dengan menggunakan persamaan y = 1/(1+EXP(-0.2688+0.00745*X) di mana X merupakan CH rata-rata pada satu bulan. Lalu menentukan kalender tanam dengan ketentuan jika P(y > 0.2) maka bernilai 1 dan P(y < 0.2) maka bernilai 0. Angka 1 menunjukkan waku rawan
Untuk menentukan nilai DHK menggunakan data Curah Hujan Harian satu tahun, stasiun Pacet Cianjur pada tahun 2002 yang diolah menggunakan software Ms. Excel. Pertama, menentukan deret hari kering hari pertama, apabila nilai CH <0,5 maka DHK bernilai 1 dan apabila nilai CH >0,5 maka DHK bernilai 0. Menentukan deret hari kering hari ke-2 sampai ke-365, apabila CH<0,5 maka DHK bernilai 1 ditambah DHK hari sebelumnya dan apabila CH<0,5 maka DHK bernilai 1 ditambah DHK hari sebelumnya. Selanjutnya, menentukan DHK maksimal hari pertama, DHK max hari pertama = deret hari kering hari pertama. Menentukan deret hari kering max hari ke-2 sampai ke-365, apabila DHK hari ini lebih besar dari DHK hari selanjutnya maka DHK max bernilai DHK hari ini dan apabila DHK hari ini lebih kecil dari DHK hari selanjutnya maka DHK max bernilai 0. Ketiga, menjumlahkan nilai DHK max dan nilai CH setiap bulannya, kemudian cari nilai CH bulanan (rata-rata CH setiap bulannya). Kelima, mengurutkan nilai DHK max dari yang telah dijumlah setiap bulannya dari yang terbesar hingga terkecil, beri nomor urut pada nilai DHK tersebut, kemudian hitung peluang nilai DHK tersebut dengan persamaan p(x) = m / (n +1). Keenam, menentukan p(x≥10) sebagai DHK observasi. Kemudian, menentukan nilai DHK dugaan dengan persamaan, DHK dugaan =1/(1+exp(-0.2688+ (0.00745* rata-rata CH bulanan))).

Hasil dan Pembahasan

Penentuan Musim Aman Tanam di Kabupaten Jombang
Jombang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang terletak pada 5.20° - 5.30° Bujur Timur dan 7.20'-7.45' lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur. Curah hujan Jombangberkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya (www.jombangkab.go.id). Berdasarkan klasifikasi Smidt dan Ferguson, Jombang bertipe iklim D. Pada tipe ini umumnya musim penghujan jatuh pada bulan Oktober sampai April dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.
Data curah hujan Kabupaten Jombang diperoleh dari 50 titik pengamatan. Berdasarkan data tersebut digolongkan menjadi 6 kelompok (cluster) berdasarkan PCA (Principal Component Analysis), yakni tipe A, B, C, D, E, dan F. Masing-masing cluster memiliki karakteristik hujan yang hampir sama. Daerah-daerah yag telah dikelompokkan berdasarkan tipe curah hujan tersebut disajikan pada Lampiran 1.






Gambar 1 Lokasi dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jombang






Gambar 2 Curah hujan rata-rata bulanan (milimeter) pada masing-masing tipe iklim di Kabupaten Jombang

Berdasarkan pengelompokan tipe hujan didapatkan pola hujan yang berbeda-beda setiap tipe. Pola hujan daerah tipe C memiliki dua puncak yakni Bulan Februari dan April. Daerah yang bertipe C hanya satu, yakni Ngrangkah P. Curah hujan di daerah tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah-daerah lain. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik wilayah Ngrangkah yang berbeda. Secara umum tipe hujan di Jombang memiliki tipe moonson, yakni hujan dengan satu puncak dan satu lembah yang menggambarkan besarnya curah hujan besar di Bulan Desember- Januari. Tipe iklim ini sesuai dengan tipe iklim daerah Jawa Timur secara umum yakni monsunal dengan curah hujan yang relatif rendah (Boer 2003).
Musim hujan sangat menentukan pola tanam Kabupaten Jombang. Oleh sebab itu diperlukan langkah preventif untuk menentukan menentukan musim tanam yang sesuai agar kegagalan pertanian akibat iklim dapat diminimalisasi. Berdasarkan data curah hujan bulanan yang diambil selama kisaran 16-29 tahun didapatkan waktu musim tanam sepert pada Tabel 1.

Tabel 1 Kalender tanam aman Kabupaten Jombang


Keterangan :
Angka 1 : waktu rawan kekeringan, tidak baik untuk menanam
Angka 0 : waktu aman kekeringan, tidak baik untuk menanam

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran musim tanam yang baik dilakukan pada setiap tipe. Daerah C cenderung memiliki hujan yang lebih sehingga memiliki waktu tanam yang aman lebih panjang. Berbeda halnya dengan daerah bertipe-D yang memiliki curah hujan yang sedikit sehingga waktu aman tanamnya haya pada Bulan Januari. Oleh karena tingkat keamanan dan kerawanan tersebut berdasarkan data curah hujan, maka waktu rawan kekeringan riskan terhadap terjadinya kekeringan. Oleh sebab itu diperlukan adanya teknik-teknik untuk mengantisipasinya, misalnya dengan menanam varietas yang tahan kering atau tanaman yang tahan kering pada kondisi bulan-bulan yang dinyatakan rawan pada suatu daerah. Sedangkan produksi padi dapat dimaksimalkan di daerah-daerah dengan curah hujan relatif tinnggi

Penentuan dan Pengujian Deret Hari Kering Cianjur
Apabila musim hujan sudah masuk, ancaman kekeringan bukan berarti tidak ada karena bisa saja pada musim hujan tersebut terjadi deret hari kering yang panjang. Peluang terjadinya panjang deret hari kering pada suatu bulan tertentu dapat diduga dengan cepat dengan menggunakan informasi data tinggi hujan bulanan. Analisis deret hari kering terhadap data curah hujan harian satu tahun, stasiun Pusakanegara Subang pada tahun 2002 menunjukkan bahwa Deret Hari Kering terpanjang pada bulan Oktober.
Panjang musim kemarau beragam antara 50 dan 350 hari. Daerah Indonesia bagian timur memiliki musim kemarau yang lebih panjang. Daerah yang memiliki musim kemarau terpanjang ialah Lombok Timur (antara 300 dan 350 hari), yang kedua terpanjang ialah Lombok Utara (260 hari) dan ketiga terpanjang Sumba bagian Timur dan Flores, sebagian wilayah Jawa Timur (Pasuruan dan Probolingo) dan sebagian wilayah Jawa Barat, yaitu Subang dan Indramayu (250 hari) (Boer 2002a).
Deret hari kering di Cianjur pda tahun 2002 paling lama terjadi padda bulan Agustus dan Juni. Kedua bulan tersebut merupakan bulan dengan curah hujan bulanan yang relatif rendah. Hal ini dapat dibaca pada Tabel 2.

Tabel 2 Deret Hari Kering (DHK) di Kabupaten Jombang tahun 2002



Peluang deret hari kering berdasarkan data curah hujan harian tahun 2002 disajikan pada Tabel 3. Peluang mengalami DHK ≥10 adalah 23.08%. Artinya dalam 100 kejadian hari kering, dimungkinkan terjadi hari kering ≥10 hari selama 23 kali kejadian. Sedangkan berdasarkan dugaan, peluang DHK ≥10 hari lebih kecil, yakni 14.59 %. Artinya, berdasarkan prediksi DHK ≥ 10 hari memiliki kemungkinan terjadi 15 kali dalam 100 kali kejadian. Peluang ini lebih kecil dari hasil observasi. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adnya pengaruh kondisi iklim tertentu di Cianjur yang megakibatkan peluang DHK≥10 di Cianjur lebih besar dari dugaan.

Tabel 3 Peluang DHK observasi


Deret hari kering (DHK) memberikan dampak yang signifikan terhadap produktivitas pertanian. Menurut penelitian Boer at al (1996), keragaman produksi sangat ditentukan oleh panjang deret hari kering maksimum pada fase vegetatif awal (x1), frekuensi kejadian deret hari kering ≥15 hari pada fase vegetatif cepat (x2) dan frekuensi kejadian deret hari kering ≥10 hari pada fase pemasakan/panen (x3). Dengan demikian penentuan peluang DHK sangat diperlukan untuk menentukan masa tanam yang baik. Apabila suatu bulan memiliki peluang DHK ≥ 10 yang tinggi maka dapat diupayakan berbagai cara untuk meminimalisasi kegagalan, misalnya dengan mengganti tanaman yang tahan kering atau varietas yang tahan kering. Peluang DHK ≥ 10 yang lebih dari 0.2 dinyatakan rawan untuk pertanian seperti padi (Boer at al 1996). Oleh sebab itu, jika didapati peluang lebih dari 0.2 dilakukan antisipasi terhadap risiko yang akan terjadi.

Kesimpulan
Pengelompokan wilayah berdasarkan curah hujan di Jombang menggunakan analisis PCA menmbagi Kabupaten Jombang menjadi 6 tipe yang berbeda namun umumnya memiliki karakteristik yang hampir sama. Perbedaan antar tipe dapat digunakan untuk menganalisis potensi wilayah untuk penanaman menggunakan kalender tanam yang disusun berdasarkan data hujan bulanan. Sementara itu di Cianjur pada tahun 2002 didapati peluang deret hari kering ≥ 10 lebih 0.2308. Angka ini berbeda dengan peluang hasil observasi yang menunjukkan peluang sebesar 14.59%.

Saran
Untuk menganalisis deret hari kering dalam menentukan kalender tanam di suatu wilayah diperlukan data yang lengkap di suatu wilayah. Oleh sebab itu diharapkan dapat dilakukan pemenuhan data di seluruh wilayah di Indonesia sehingga memudahkan penyusunan kalender tanam guna meminimalisasi kegagalam di sektor pertanian akibat kondisi iklim yang tidak menentu pada kondisi variabilitas iklim.

Daftar pustaka
Boer, R. 2002. Analisis Risiko Iklim Untuk Produksi Pertanian. Materi pelatihan Dosen PT Se Sumatera-Kalimantan, 1-13 Juni 2002. Bogor.
Boer, R. 2002a. Analisis Data Iklim untuk Pengelolaan Tanaman. Materi Pelatihan Pengamat-OPT, 26 Juni 2002. Direktorat Perlindungan Tanaman. Pasar Minggu Jakarta
Boer R. 2003. Penyimpangan Iklim di Indonesia. Materi Seminar Nasional Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada, 24 Mei 2003.
Pemkab Jombang. Tanpa Tahun. Keadaan Iklim dan Cuaca Kabupaten Jombang. Terhubung berkala. http://www.jombangkab.go.id/e-gov/selayang/selayang.asp?menu=iklim (23 November 2011)


Lampiran 1
/tabel5.jpg">

0 komentar:

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez