Kamis

Fastabiqul Khoirot: Kunci Menghidupkan Kehidupan


F

Fastabiqul Khoirot: Kunci Menghidupkan Kehidupan

Kiswanti, wanita kelahiran bantul tahun 1962yang kini tinggal di kampong Lebakwangi, Pemegarsari, Bogor hanya mengenyam pendidikan SD. Tetapi dia sangat gemar membaca. Ia mengumpulakan buku bekas yang dibeli di pasar loak. Hebatnya, pada kurun waktu 1982-1987 ribuan judul buku terkumpul.

Ketika remaja ia menjadi pembantu rumah tangga pada orang Filipina di Jakarta. Namun ia hanya meminta upah buku, bukan uang.kemudian ia menikah dengan seorang tukang batu dan tinggal di Bogor. Di bogor, ia membuka warung. Buku-bukunya yang mencapai 2500 buku dipajang di warung tersebut untuk dibaca oleh orang yang berkunjung.

Dia memang ingin meningkatkan budaya membaca masyarakat sekitarnya. Ruang bacanya dibuka 24 jam. Bahkan ia juga berkeliling kampung untuk meminjamkan buku-bukunya. Kegiatannya itu akhirnya didengar oleh Depdiknas dan ia pun menerima bantuan Rp 10 juta rupiah yang ia gunakan untuk pengembangan perpustakaannya (Republika, 28 Oktober 2007).

Kalau kita amati, perbuatan Kiswanti ini merupakan implementasi dari simbul dan prinsip suatu gerakan, yakni Muhammadiyah. Meskipun dia bukan aktivis Muhammadiyah, namun dia mengamalkan syair indah perserikatan. Mars HW:“Sedikit bicara banyak bekerja”, mars NA : “Kemuliaan Islam dicari bekerja digemari”, atau bahkan simbol IMM: “billahi fii sabiililhaq, fastabiqul khoiroot.”

Dengan segala keterbatasan, Kiswanti mampu menghidupkan kehidupan dengan cara memberikan manfaat kepada orang lain. Inilah sebenarnya prinsip Muhammadiyah: “Fastabiqul Khoirot.” Ayat ini sebenanya merupakan kunci menghidupkan kehidupan.

Allah berfiman dalam Alquran surat Alfatihah ayat 5: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-mu kami memohon pertolongan.” Dari ayat ini, ada beberapa kata kunci (key words) yang bisa kita ambil untuk memahami pentingnya ber-fastabiqul khoirot.

Kunci pertama adalah “A benefit or value is not a claim but it’s about consequencies.” Yaitu, suatu keuntungan atau nilai bukanlah suatu klaim tetapi sebuah konsekuensi logis dari tindakan kita. Ayat tersebut berbunyi iyyaka na’budu dulu baru iyyaka nasta’in. Artinya, Allah mengajarkan kepada kita untuk menyembah-Nya. Sementara memohon pertolongan ataupun benefit yang diperoleh adalah konsekuensi dari pengabdian kita kepada-Nya. Inilah Fastabiqul khoirot. “Lakukan kebaikan jika Anda menginginkan kebaikan”.

Kata kunci yang kedua adalah “Be a service minded person”. Mengabdi berarti meghambakan diri, tunduk, patuh. Maka dari itu, dari ayat tersebut kita bias memaknai bahwa hendaknya kita harus bermental melayani.Disinilah kita akan memiliki High sense competition yakni memiliki semangat berkompetisi yang tinggi. Kompetisi berbuat kebaikan.

Kompetisi seperti inilah yang terjadi di kalangan para sahabat. Semangat kompetisi mereka untuk berbuat baik sangat tinggi, sampai-sampai tidak ingi didahului orang lain. Salah satu cemburu yang diperbolehkan Islam adalah cemburu ketika orang berbuat kebajikan. Maka bari itu, hendaknya kita pun cemburu pada orang seperti Kiswanti. Janagn sampai kita hanya menyanyikan mars perserikatan tetapi orang lain yang mengamalkan.

Sense of competition kita harus dirangasang kembali, dan tentu saja harus ada yang memulai. Siapa yang memulai? Pemimpin. Tetapi jika kita sadar pada tugas kita sebagai kholifah, maka kitalah yang harus memulai.

Kunci yang ketiga adalah “the quality of reward depend on the quality of effort”. Yaitu, kualitas penghargaan bergantung pada kualitas perjuangan kita. Sebanyak itu kita beribadah, sebanyak itu pula Allah memberikan pertolongan kepada kita.Bukan seperti prinsip ekonomi, mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk mrndapatkan untung yang sebesar-besarnya.

Kunci keempat adalah “high risk, high profit”. Setiap ibadah yang berisiko tinggi maka pahalanya pun akan lebih tinggi. Orang yang mati syahid dalam peperangan, misalnya akan mendapatkan pahala yang tidak tanggung-tanggung dari Allah SWT. Resiko menjadi seorang pemimpin berat, amanahnya berat, tetapi kalau dia adil dalam memimpin maka pahalanya sangat banyak. Tetapi kalau gagal resikonya juga berat.

Selanjutnya kunci kelima adalah “no pain no gain” , tidak ada keuntungan yang diperoleh dengan kesenangan. Biasanya keuntungan diperoleh melalui perjuangan berat. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jangan sampai kita menjadi generasi instant. Marilah menjadi generasi yang berproses, karena proses itu adalah ibadah. Dalam proses itulah kita bias ber-fastabiqulkhoirot.

Sementara di dalam ayat keenam surat alfatihah, “ihdinash shirothol mistaqim”, maka hendaknya kita selalu berada di jalan yang benar, sesuai dengan aturan Allah di dalam Alquran maupun Alhadits.

Akan tetapi, kita juga perlu mengingat bahwa organisasi Muhammadiyah merupakan organisasi tajdid, pembaharu. Maka marilah kita berfastabiqulkhoirot dengan melakukan pembaharuan-penmbaharuan Islam, layaknya usaha para pendahulu-pendahulu kita. Jangan sampai hanya sekedar symbol.

Billahi fii sabiililhaq fastabiqulkhoirot.

1 komentar:

jihadul pena on 17 November 2008 pukul 21.41 mengatakan...

wah.tulisannya bagus uhkti.
semoga dapat dikembangkan lagi yach,.
Karena menulis adalah ibadah selama kita mampu melakukanya dengan niat menyampaikan kalimat ilahi.

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez